Misi saya menciptakan blogger ini :

Misi saya menciptakan blogger ini :
1. Menjadikan Blogger Sambas sebagai wadah inspirasi anak Bangsa yang peduli dengan kampung halamannya. 2. Menjadi jembatan menuju kemajuan anak-anak Bangsa yang tertinggal. 3. Mempromosikan Potensi Daerah yang belum dikenal secara umum. 4. Menjadi Mitra Kerja Yang Professional.

Pemangkat

Rabu, 03 November 2010

Pendaratan AL Jepang di Pantai Pemangkat


Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di Pemangkat yang pertama kali mendarat di pantai Pemangkat adalah jepang pada tahun 1941. Dengan meletusnya peristiwa tanggal 07 Juli 1937, yang dikenal dengan peristiwa Chi Chi Lu Kow Chiu (Insiden Jembatan Marcopolo tanggal 07 Juli 1937 di cina). Menurut cerita-cerita para sesepuh, sebelum tahun 1992 di kota Pemangkat terdapat3 pengusaha diantaranya adalah : sebagai pemilik photo studio, dan lainnya sebagai pemiliki toko porselein dan mainan anak-anak, serta menjual khusus barang-barang kiriman jepang. Sedangkan yang terakhir adalah pengusaha yang bergerak diperkebunan karet dengan konsesi lokasinya di hulu sungai Selakau, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat melalui jalur sungai, kalau melalui jalur darat dari Singkawang-Nyarumkop masuk sebelah kiri dusunn THAI NAM terus keujung.Bilamana kita pikirkan dan renungkan kembali dan pertanyakan alasan mengapa Jepang pertama kali mendarat kok memilih di Pantai Pemangkat, West Borneo? Maka kalau kita lihat dari lokasi geografisnya Pantai Pemangkat, memang sangat strategis bagi Jepang yang datang dari arah utara, terbuka menghadap Laut Cina Selatan, relatif pantainya yang landai dengan ombaknya tenang dan aman dan sama sekali tidak ada pertahanan dari penguasa Hindia Belanda disana. Kalau kota Sambas dan Kota Singkawang jaraknya jauh dari Pantai dan mempuyai pertahanan serta terdapat tangsi-tangsi tentara Belanda. Demikian kejadian invasi Jepang di Indonesia pada awal perang dunia II yang coba saya rangkumkan apa adanya seputar khususnya peristiwa pendaratan pertama kali tentara Jepang di Pemangkat. bahkan mungkin pendaratan yang pertama di Indonesia (bisa menjadi kajian sejarah yang lebih mendalam dari para pakar sejarah dan instansi terkait) pada 65 tahun tahun yang silam. Kiranya kita dapat belajar dari sejarah dan memetik hikmahnya serta mengambil hal-hal positif dari kejadian masa lalu kini, sebagai bahan renungan bersama dalam menjaga ketahanan dan keutuhan wilayah Negara RI, yang perlu kita sadari bahwa Pantai Pemangkat ini relatif terbuka dan kiranya ada perhatian yang lebih serius dan menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai anak bangsa. Salam sejahtera. I Love You Full Pemangkat

Minggu, 31 Oktober 2010

Tenun Songket Sambas Produksi "Dayang Songket"


KEINDAHAN kain tenun songket Sambas sungguh menawan. Motifnya yang unik sanggup mempesona para penikmatnya. Tenun Sambas sudah ada sejak Sultan Sulaiman memerintah di Kesultanan Sambas. Kain Tenun Sambas merupakan kain kebanggaan Orang Sambas.

Kain Tenun Songket Sambas kerap digunakan dalam acara adat masyarakat Melayu, salah satunya adalah perkawinan. Di acara sakral tersebut, kain Tenun Songket Sambas berfungsi sebagai barang antaran atau seserahan dari pihak mempelai lelaki kepada mempelai perempuan, dan kain cual dijadikan balasan barang antaran atau seserahan dari mempelai wanita ke pihak mempelai laki-laki yang disebut balas baki.

Kain Tenun Songket Sambas biasanya juga dipakai pada majlis-majlis perkawinan, musyawarah, menghadiri undangan-undangan dari orang pembesar daerah atau raja, khitanan, Hari raya dll.
Kain Tenun Songket Rantai Mas

Seperti halnya Kain Rantai Mas ini yang berwarna dasar hijau, merah dan hitam ini. Kain ini sangat cocok dipakai oleh wanita untuk pada majelis-majelis tertentu misalnya menghadiri undangan dari pembesar suatu daerah atau undangan dari raja.

Didalam tenunan kain tenun ini terdapat bermacam-macam motif yaitu, diantaranya:

* Pucuk rebung
* Tahi lalat atau yang berbentuk titik
* Bunge Telur Mata Ayam
* Tujuh Tabur Bunga melati kecil di tengah-tengah
* Bunge Tanjung
* Bunge Malek
* Bunge Cangkring



Selain motif-motif di atas, juga beragam motif tradisional yang telah langka kembali di tampilkan, seperti Tepuk Pedada, Siku Keluang, Mata Punai, Awa Larat, Pucuk Rebung, Bunga Pecah, Bunag Melur, Biji Periak, Angin Putar, Ragam banji, Bunga Cengkeh, Bunga Cempaka dan lain sebagainya.

Selain dijual dalam bentuk lembaran kain, kain songket juga ditawarkan dalam ragam bentuk yang lebih berkelas, seperti peci, syal, dasi, sajadah, hiasan dinding, bahan baju dan celana, dan lain sebagainya.